Minggu, 05 Mei 2013

MEMAHAMI WARNA DAN BENTUK FESES BAYI


Frekuensi yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu. Waspadai bila warnanya
putih atau disertai darah. Kegiatan buang air besar pada bayi kadang membuat khawatir
orang tua. Warna, bentuk dan polanya yang berbeda dengan orang dewasa inilah yang
kerap menimbulkan kecemasan.
Sebelum kita menjadi cemas, berikut penjelasan dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A, tentang feses
bayi.

WARNA
Umumnya, warna-warna tinja pada bayi dapat dibedakan menjadi kuning atau cokelat,
hijau, merah, dan putih atau keabu-abuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan bayi,
dapat dideteksi dari warna-warna tinja tersebut.

Kuning
Warna kuning diindikasikan sebagai feses yang normal. Kata Waldi, warna feses
bayi sangat dipengaruhi oleh susu yang dikomsumsinya. "Bila bayi minum ASI
secara eksklusif, tinjanya berwarna lebih cerah dan cemerlang atau didominasi
warna kuning, karenanya disebut golden feces. Berarti ia mendapat ASI penuh, dari
foremilk (ASI depan) hingga hindmilk (ASI belakang)."
Warna kuning timbul dari proses pencernaan lemak yang dibantu oleh cairan
empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan disimpan beberapa waktu di
dalam kandung empedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila di dalam usus terdapat
lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan berkontraksi
(mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairannya keluar. Cairan empedu ini akan
memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus.
Sedangkan bila yang diminum susu formula, atau ASI dicampur susu formula,
warna feses akan menjadi lebih gelap, seperti kuning tua, agak cokelat, cokelat tua,
kuning kecoklatan atau cokelat kehijauan.

Hijau
Feses berwarna hijau juga termasuk kategori normal. Meskipun begitu, warna ini
tidak boleh terus-menerus muncul. "Ini berarti cara ibu memberikan ASI-nya belum
benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja, sedangkan hindmilk-nya tidak."
Kasus demikian umumnya terjadi kalau produksi ASI sangat melimpah.
Di dalam payudaranya, ibu memiliki ASI depan (foremilik) dan ASI belakang
(hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu mengisap ASI depan lebih dulu.
Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula dan laktosa tapi rendah lemak.
Sifatnya yang mudah dan cepat diserap membuat bayi sering lapar kembali.
Sedangkan, ASI belakang (hindmilk) akan terisap kalau foremilk yang keluar lebih
dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. "Lemak ini yang membuat
tinja menjadi kuning."
Nah, kalau bayi hanya mendapat foremilk yang mengandung sedikit lemak dan
banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses pencernaan yang
akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ
terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu), sehingga bayi merasa tak
nyaman (kolik).
Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tapi hijau kuning, hijau dan kuning,
bergantian. "Ini berarti bayi mendapat ASI yang komplet, dari foremilk sampai
hindmilk supaya kandungan gizinya komplet. Nah, ibu harus mengusahakan agar
bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus."
Sayangnya, disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu formula.
Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk, anak sudah telanjur diberi susu
formula hingga kenyang. Akibatnya, ia hanya mendapat ASI foremilk saja.
Waldi menyarankan, "Berikan ASI secara eksklusif. Perbaiki penatalaksanaan
pemberiannya agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk." Kiatnya mudah;
susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI di situ habis, baru pindah ke
payudara berikutnya.

Merah
Warna merah pada kotoran bayi bisa disebabkan adanya tetesan darah yang
menyertai. Namun dokter tetap akan melihat, apakah merah itu disebabkan darah
dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya.
Jika bayi sempat mengisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada
fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak
itu muncul selama satu sampai tiga hari. "Jadi, tinggal dites saja, asalnya dari
mana? Dari darah ibu atau darah bayi." Bila darah itu tetap muncul pada fesesnya
(bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari darah ibu, maka
perlu diperiksa lebih lanjut.
Kemungkinannya hanya dua, yaitu alergi susu formula bila bayi sudah
mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi.
Dua-duanya butuh penanganan. Kalau ternyata invaginasi, bayi harus segera
dioperasi.
"Darah ini sangat jarang berasal dari disentri amuba atau basiler, karena makanan
bayi, kan, belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor." Kalau
penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain, seperti perutnya
membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan.

Putih/Keabua-abuan
Waspadai segera jika feses bayi yang baru lahir berwarna kuning pucat atau putih
keabu-abuan. Baik yang encer ataupun padat. Warna putih menunjukkan gangguan
yang paling riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan saluran
empedu. "Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai tinja, dan ini tidak
boleh terjadi karena sudah 'lampu merah'."
Waldi menegaskan, bila bayi sampai mengeluarkan tinja berwarna putih, saat itu
juga ia harus dibawa ke dokter. Jangan menundanya sampai berminggu-minggu
karena pasti ada masalah serius yang harus diselesaikan sebelum bayi berumur tiga
bulan. Sebagai langkah pertama, umumnya dokter akan segera melakukan USG
pada hati dan saluran empedunya.
"Yang sering terjadi, ibu terlambat membawa bayinya. Dipikirnya tinja ini nantinya
akan berubah. Padahal kalau dibiarkan, dan bayinya baru dibawa ke dokter
sesudah berumur di atas tiga bulan, saat itu si bayi sudah tidak bisa diapa-apakan
lagi karena umumnya sudah mengalami kerusakan hati. Pilihannya tinggal
transplantasi hati yang masih merupakan tindakan pengobatan yang sangat mahal
di Indonesia."

BENTUK
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau
aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan.
Setelah itu, feses bayi bisa bergumpal-gumpal seperti jeli, padat, berbiji/seeded dan bisa
juga berupa cairan. Feses bayi yang diberi ASI eksklusif biasanya tidak berbentuk, bisa
seperti pasta/krem, berbiji (seeded), dan bisa juga seperti mencret/cair. Sedangkan feses
bayi yang diberi susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan
merongkol/bulat. Makanya bayi yang mengonsumsi susu formula, kadang suka bebelan
(susah buang air besar, Red), sedangkan yang mendapat ASI tidak. Bila bayi yang sudah
minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal itu perlu dicurigai. "Bisa jadi
si bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya atau susu itu tercemar bakteri
yang mengganggu usus." Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila ibu
memberikan ASI yang diselang-seling susu formula. Misalnya, akan sulit menentukan
apakah feses yang cair/mencret itu berasal dari ASI atau susu
formula. "Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normal-normal saja karena system
pencernaannya memang belum sempurna. Tetap susui bayi agar ia tidak mengalami
dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah, atau keluhan lain, dan
jumlahnya sangat banyak serta mancur, berarti memang ada masalah dengan bayi. Ia
harus segera dibawa ke dokter.

FREKUENSI
Masalah frekuensi sering mencemaskan ibu, karena frekuensi BAB bayi tidak sama dengan
orang dewasa. Kalau ibu mungkin sehari cuma sekali, jadi kalau anaknya sampai lima kali
sehari, ini sudah membuat cemas." Padahal frekuensi BAB setiap bayi berbeda-beda.
Bahkan, bayi yang sama pun, frekuensi BAB-nya akan berbeda di minggu ini dan minggu
depannya. "Itu karena bayi belum menemukan pola yang pas. Umumnya di empat atau
lima minggu pertama, dalam sehari bisa lebih dari lima kali atau enam kali. Enggak
masalah, selama pertumbuhannya bagus." Bayi yang minum ASI eksklusif, sebaliknya bisa
saja tidak BAB selama dua sampai empat hari. Bahkan bisa tujuh hari sekali. Bukan berarti
ia mengalami gangguan sembelit, tapi bisa saja karena memang tidak ada ampas
makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan baik. Feses yang
keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai banyak
lendir, atau berbau busuk dan disertai demam dan penurunan berat badan bayi.
"Jadi yang penting lihat pertumbuhannya, apakah anak tidak rewel dan minumnya bagus.
Kalau tiga hari belum BAB, dan bayinya anteng-anteng saja, mungkin memang belum
waktunya BAB."
sumber : Santi Hartono.

Bagikan

Jangan lewatkan

MEMAHAMI WARNA DAN BENTUK FESES BAYI
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.